Di dalam pasaran besi beton dikenal adanya istilah full, gemuk, dan kurus atau banci. Besi kok gemuk dan banci, ada-ada saja ya.
Di dalam pasaran besi beton dikenal adanya istilah full, gemuk, dan kurus atau banci. Besi kok gemuk dan banci, ada-ada saja ya. Besi full adalah besi beton yang telah memiliki dimensi yang sama dengan yang disebutkan. Misalkan saja besi 10 full, maka diameternya jika diukur adalah 10 mm pas dengan panjang standart 12 meter. Sedangkan besi gemuk adalah besi yang diameternya lebih besar dari yang disebutkan tapi panjangnya belum tentu standart 12 meter. Misalkan saja besi 10 gemuk, akan diperoleh ukuran diameter lebih dari 10 mm, misalkan 11,2 mm dengan panjang dapat 12 meter ataupun 11,6 meter.
Kemudian besi kurus atau banci, misalakan disebut besi 10 kurus, maka ukuran diameternya akan di kisaran 8 mm saja dengan panjang dapat dibawah 12 meter ataupun tepat. Semoga ini dapat berguna buat yang menginginkannnya.
Kampanye pemilihan legislatif (Pileg) 2014 akan segera digeber. Mulai 16 Maret hingga 5 April mendatang , 12 partai politik (Par
Kampanye pemilihan legislatif (Pileg) 2014 akan segera digeber. Mulai 16 Maret hingga 5 April mendatang , 12 partai politik (Parpol) peserta Pemilu akan unjuk kekuatan. Pada masa kampanye itu, mereka tentu juga akan mengerahkan massa dengan jumlah yang banyak.
Saat masa kampanye terbuka digelar inilah, peluang mengais rezeki bagi pelaku jasa pengerahan massa makin terbuka lebar. Tentu bukan sembarang orang yang bisa terjun di bisnis ini.
Mereka juga harus memiliki jaringan, memiliki pengaruh dan massa yang banyak. Dan umumnya, mereka dari kalangan aktivis, LSM maupun organisasi massa.
Di Surabaya misalnya. Ada beberapa aktivis gerakan yang juga mengaku kerap dimintai tolong oleh Parpol maupun Caleg, untuk dapat mendatangkan massa yang cukup banyak, saat kampanye Pemilu digelar. Tentu dengan imbalan yang menjanjikan.
Mantan aktivis 98, sebut saja TM, meski sudah tidak lagi terlibat dalam gerakan mahasiswa, wajahnya masih cukup familier di kalangan Parpol dan para Caleg di Surabaya. Sebab, sesekali dia dan massanya (yang sebagian juga dari golongan seniman) masih sering terlihat turun jalan mengkritisi kondisi kontemporer di Kota Pahlawan.
Meski dia tidak mengaku kalau pada Pemilu 2014 ini dia tidak di-booking partai atau Caleg, diakuinya kalau dia memang kerap menerima job mendatangkan massa, termasuk ketika Pilkada digelar.
"Yang penting bisa mendatangkan uang, ya saya kerjakan. Untuk beli susu anak. Berapapun jumlah massa yang diminta, pasti siap asal harganya cocok," celetuk pria berambut gondrong yang meminta namanya hanya disebut inisial saja itu.
Selain TM, yang dikenal jago orasi saat masih terlibat dalam gerakan mahasiswa tahun 1998 di Surabaya itu, masih ada banyak aktivitis yang tak akan menolak jika diminta bantuan mendatang massa.
Seperti yang diungkap oleh tim sukses dari salah satu Caleg asal Surabaya, CN. Bapak dua anak yang kini terlibat aktif dalam pengorganisiran massa di kalangan petani dan nelayan ini mengatakan, untuk dapat mendatangkan massa dari berbagai daerah di Jawa Timur, dia juga terus aktif berkoordinasi dengan beberapa aktivis gerakan di daerah-daerah. Hal ini agar bila dibutuhkan bisa segera menyiapkan massa. Sehingga, saat kampanye digelar massa sudah siap diturunkan.
"Ya kita manfaatkan teman-teman yang ada di daerah-daerah untuk dapat mengondisikan massanya, termasuk meminta bantuan jasa orang lain," kata CN yang berkantor di kawasan Surabaya Selatan itu.
Memang, lanjut dia, untuk dapat mengumpulkan massa, perlu dirawat (membayar) mereka. "Ini kan bagian dari kerja politik, tentu ada anggaran untuk itu. Misalnya untuk makan, bikin spanduk, stiker, transportasi serta anggaran tak terduga lain, termasuk mengganti waktu orang yang disisihkan untuk datang ke lokasi kampanye nanti," katanya tanpa menyebut nominal dana tersebut.
Mr. Mankiewicz, an Oscar-nominated screenwriter for “I Want to Live!,” also wrote episodes of television shows such as “Star Trek” and “Marcus Welby, M.D.”
Ms. Plisetskaya, renowned for her fluidity of movement, expressive acting and willful personality, danced on the Bolshoi stage well into her 60s, but her life was shadowed by Stalinism.